http://catatan-solitaire.blogspot.com/

Kala Sendiri Menjadi Begitu Berarti
 
 
 
 

OUR STORY



Room Solitaire dianggap lahir tanggal 14 juli 2004, meski kenyataannya sudah ada sejak Februari 2004. Arti solitaire = kesepian = menyendiri, sendirian. Kata ini diilhami dari lagu Solitaire (Carpenter). Kesepian disini dalam arti yang luas dan positip. Kesepian yang bermakna kekurangan kita dalam segala hal, yang pada akhirnya membawa kita pada adanya kenyataan dan kesadaran ada sesuatu yang Maha Sempurna mengatur kehidupan ini, sehingga nantinya akan berpengaruh positip dalam berpikir, merasa, mengucapkan dan bertindak dalam kenyaan kehidupan kita sehari-hari. Juga dapat diartikan agar kita tidak merasa sendirian setelah memasuki room YM. We Are The World, kebersamaan kita tanpa batas geografis, gender, religious, usia, suku bangsa, pendidikan, sosial, ekonomi dan budaya.
MALIOBORO,14juli 2004


YUDHISTIRA147

 

Inspired SONG



There was a man
a lonely man
Who lost his love
through his indifference

A heart that cared
that went unshared
Until it died
within his silence

And solitaire's the only game in town
And every road that takes him takes him down
And by himself it's easy to pretend
he'll never love again

And keeping to himself he plays the game
Without her love it always ends the same
While life goes on around him everywhere
He's playing solitaire



A little hope
goes up in smoke
Just how it goes,
goes without saying
There was a man

A lonely man
Who would command
the hand he's playing

Play Music : Solitaire by Carpenter

 

Image & Link

 
 
 

Thursday, June 28
[Kisah] Ceryati bagian 2
Sepanjang penerbangan dari Dubai ke Singapur, aku cuma bisa duduk merenung. Mata ini sulit terpejam. Wajah-wajah yang kulihat tadi terus membayang dalam ingatan . Seumur hidup baru kali inilah aku melihat sebuah penderitaan manusia, yang lemah dan tak berdaya, terlukis jelas dan nyata. Dalam wajah-wajah yang pucat dan murung. Bibir-bibir yang terkatup rapat. Dan tatapan mata yang redup tak bersinar. Sebuah perasaan pilu dan tak berdaya datang menyergap hati ini. Karena aku tak bisa berbuat apa-apa untuk mereka. Akhirnya aku cuma bisa berhayal saja. Andaikata aku sekaya Sultan Brunai , kalau saja aku punya uang banyak seperti Bill Gates, misalnya aku setajir taipan Liem Sioe Liong (orang terkaya di Indonesia), maka akan kuberi mereka semua uang yang cukup untuk modal berdagang atau untuk membeli tanah yang bisa menghidupi keluarga mereka. Tak perlu lagi menjual tenaga di negeri orang yang penuh dengan azab dan derita itu. Mereka manusia juga yang punya hati dan perasaan. Bukan budak belian yang bisa dicambuk dan diperlakukan sesuka hati majikannya.

Di Singapur kami hanya transit sejam. Lebih dari separuh penumpang di bisnis class turun disana. Dan awak pesawatpun berganti dengan wajah-wajah baru yang segar. Baru saja pesawat take off, datang seorang stewardes yang cantik jelita, bertubuh tinggi semampai, rambut pirang keemasan dan mata sebiru lautan, datang menghampiriku. Dia memberikan selembar kertas formulir yang harus kuisi sebelum kami mendarat di bumi Indonesia yang permai. Disusul stewardes lain yang memberi aku sebuah baki besar yang berisi aneka macam roti, puding dan irisan buah pepaya. Karena jarak penerbangan yang dekat dari Singapur ke Jakarta yang memakan waktu cuma satu jam saja, jadi semua harus dilakukan secara cepat dan tergesa. Sehabis makan dan minum, kukeluarkan pasportku untuk melihat data-data yang yang harus kutulis dalam formulir tadi. Aku sedang sibuk mengisi formulir waktu stewardes itu kembali datang menghampiriku dengan setumpuk pasport warna hijau dan formulir. Dia bertanya padaku dalam bhs Inggris. "Apakah tuan dapat menolong mereka mengisi formulir ini ? . Aku menengadah. Kulihat wajah yang cantik itu tampak muram. Ada selapis embun menutupi matanya yang biru. Hingga aku tak tega untuk menolak permintaannya. " Ini pasport milik siapa saja", tanyaku sambil mengambil tumpukan kertas itu dari tangannya. Dia menarik nafas panjang lalu duduk disebelahku.

" Pasport milik orang-orang yang bernasib malang", katanya hampir berbisik. " Mereka adalah orang-orang yang teraniaya dan menderita". Dia menatap wajahku dan aku melihat air mata jatuh berlinang di pipinya. " Ya Allah mengapa semua ini bisa terjadi", katanya dengan suara gemetar bercampur isak. Aku terhenyak. Dia menyebut asma Allah, berarti dia seorang muslim juga. Aku menunduk. Tak sanggup lagi menatap mata yang indah itu. " Mereka adalah bangsaku sendiri", kataku terbata-bata, sambil menahan rasa malu, sedih dan pilu. Dia mengusap matanya. " Lalu apa yang bisa kita perbuat untuk mereka semua ", tanyanya. "Banyak dari mereka yang pulang tanpa membawa uang sepeserpun, dengan tubuh sakit dan lemah". Tiba-tiba saja aku merasa lega. Ternyata bukan aku saja yang peduli dengan nasib mereka. Ada secercah harapan datang mengisi relung hatiku. "Bagaimana kalau kita mengumpulkan uang buat mereka dari penumpang di bisnis dan first class". " Lalu kita bagikan pada mereka yang pulang tanpa membawa uang sepeserpun". Dia termenung lalu mengangguk sambil tersenyum. " wawasan yang baik sekali", katanya. Aku tertawa lega. Kuambil dompetku. Dan kuberikan 20 Euro kepadanya. " Ini buat mereka". Dia berdiri. " Thanks a lot sir, nanti aku minta teman-temanku juga untuk mengumpulkan uang buat mereka, waktu kita tak banyak lagi, isilah formulir ini secepat mungkin please". トku menggangguk dan sebentar kemudian aku tenggelam dalam tumpukan pasport dan formulir yang harus kugarap. Ada berapa pertanyaan yang tak dapat kujawab. Tentang visum dan ijin kerja. Karena ada berapa pasport yang sudah over time.

Seperempat jam lagi pesawat akan landing di Jakarta. Stewardes itu datang kepadaku dengan wajah gembira. Dia memamerkan setumpuk uang dollar dan euro yang berhasil mereka kumpulkan dari penumpang. Dan dimasuk kannya dalam belasan amplop. Kuserahkan seluruh formulir dan pasport yang sudah selesai kukerjakan dengan hati lega. Dia tersenyum padaku. " Semoga Allah melindungimu selalu, dan terima kasih banyak untuk semuanya". " Aku harus mengembalikan pasport dan formulir ini kepada pemiliknya sekarang, kalau kau mau mari kita bagikan amplop ini bersama-sama" . Aku berdiri dan ikut berjalan dibelakangnya. Didepan gordijn yang membatasi ekonomi dan bisnis class, dia membagikan tumpukan pasport itu kepada berapa colleganya yang berkumpul disana. Lalu mereka berpencar kearah ekonomi class. Aku menarik nafas panjang waktu memasuki ruang economy class yang penuh sesak. Sunyi mencengkam. Hanya derum motor pesawat yang terdengar. Dan wajah-wajah yang membayang terus dimataku itu terlihat semakin jelas. Kian letih dan layu di bawah sinar matahari yang benderang. Dia menghampiri seorang wanita setengah baya yang duduk merenung dengan mata menerawang jauh, wajahnya pucat pasi. Didepan wanita itu dia membungkuk. Disapanya dengan ramah, dan diletakkannya sebuah amplop dipangkuannya. " For You lady", bisiknya. Tanpa menanti reaksi wanita itu dia berjalan terus, dan aku mengikutinya.

Rupanya dia paham betul dengan kesulitan mereka. Dia membagikan amplop itu dengan cepat dan hanya kepada orang yang sakit dan yang betul-betul memerlukannya. Terakhir amplop itu diberikannya kepada seorang gadis muda, yang tubuhnya kurus dan wajahnya murung sekali. Aku lihat matanya sembab bekas menangis. Dia membungkuk lama disitu. Aku tak tahu apa yang dikatakannya pada gadis itu. Hanya kudengar gadis itu menangis terisak lirih waktu dia mencium kening gadis itu. Dan kudengar suara pilot di microfon yang menyuruh kami duduk di tempat masing-masing dan memasang seat belt karena pesawat sebentar lagi akan mendarat di bandara Cengkareng. Aku berbalik dan berjalan sepecatnya kearah bisnis class diikuti olehnya. Didekat gordijn aku mendengar gadis itu berteriak. "Pak tunggu sebentar". Aku menoleh. Kulihat gadis itu berlari terhuyung-huyung kearah kami. Didepan kami dia melepas sebuah cincin perak yang menghiasi jari manisnya. Diberikannya kepada stewardes yang berdiri disampingku. " Ini buat ibu yang baik hati, untuk kenang-kenangan dan ucapan terimakasih dari kami semua". Dia termanggu, tak mengerti apa yang diucapkan oleh gadis yang kurus itu. Kuterjemahkan dalam bhs inggris. Kulihat dia menggeleng. Wajahnya berubah merah padam. Dan air mata jatuh berlinang dipipinya. "Saya tak dapat menerimanya, karena itu adalah miliknya yang paling berharga", katanya terbata-bata. Aku mengambil cincin dari tangan gadis itu dan kuselipkan dalam telapak tangannya. "Kalau kau tak mau menerimanya, hatinya pasti akan sediih sekali, simpanlah cincin ini untuk kenangan-kenangan" . Tiba-tiba dia memeluk tubuh yang kecil dan kurus itu erat-erat. Aku mendengar mereka menangis bersama. Aku terus berjalan ke arah tempat duduk ku. Seorang steward menutup gordijn di belakangku. Dan itu adalah saat yang terakhir aku melihat mereka.

Sujiwo, akhir juni 2007.
posted by imelda @ 11:06 AM  
0 Comments:
Post a Comment
<< Home
 

♪yang maintain Catatan Solitaire♪

emiko



Temans ............

Catatan solitaire ini terinspirasi oleh banyaknya cerpen, puisi, maupun artikel yang ditulis oleh warga solitaire. Tulisan-tulisan Mas Jiwo yang merupakan kontemplasi dari pengalaman hidupnya, sarat dengan makna. Dengan bahasa yang sederhana tapi sangat enak dinikmati, Mas Jiwo banyak mengambil tema teman kehidupan sosial. Mas Jiwo adalah contoh penulis solitaire yang sangat peduli akan nasib orang kecil. Penghargaan Mas Jiwo kepada kawulo alit ini merupakan cerminan sikapnya yang tidak pernah membedakan latar belakang sesama manusia.

Puisi-puisi Bang BSD yang selalu mendendangkan nyanyian cinta dan kerinduan telah memberikan warna tersendiri bagi kita betapa hidup ini penuh dengan cinta, kerinduan, perjuangan, tapi juga kadang ada kenyataan pahit harus kita hadapi. Jatuh dan bangun mungkin sudah menjadi hukum alam yang mesti kita jalani dengan penuh lapang dada.

Neisya sendiri suka menuangkan gagasan dan pengalaman dalam sebuah esei atau artikel. Ketertarikan Neisya terutama pada Cyber World yang ternyata telah menjadi ilmu yang sangat luas sekali. Dunia Maya, kini sudah menjadi bagian hidup dari jutaan orang, dari yang sekedar ingin chatting, belajar lewat web, sampai pada orang orang yang punya pikiran jahat untuk mengambil hak orang lain, yang sering kita sebut hackers. Semuanya memberikan inspirasi bagi saya untuk terus menulis dan berbagi kepada yang lain.

Solitaire adalah Rumah yang Indah bagi banyak orang Indonesia. Anggotanya saat ini sudah hampir 200 orang, yang berdomisili di banyak negara, misalnya Belanda, Kanada, Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Jepang, Hongkong, dan tentunya juga Indonesia. Mas Yudhis (Lurah Solitaire-red) menyebut Solitaire Kebersamaan Tanpa Batas, dan Mas Yudhis benar karena Solitaire adalah tempat berbagi kerinduan akan kampung halaman, tempat berbagi duka dan cinta, tempat yang indah untuk menjalin persaudaraan dan kebersamaan tanpa batas.

Selamat Datang di Catatan-Solitaire, selamat bergabung dengan kebersamaan tiada batas dan terimakasih banyak buat Mas Yudhis, Bang BSD, dan Mas Jiwo yang sudah memberikan supportnya, juga semua anggota yang tidak dapat disebutkan satu-per-satu. With love n gratitude,
**Eisya - Emiko**


 

Last Entries

 

Archieves

 

Messages

 

Template & Credite

Visit Me Klik It

15n41n1