http://catatan-solitaire.blogspot.com/

Kala Sendiri Menjadi Begitu Berarti
 
 
 
 

OUR STORY



Room Solitaire dianggap lahir tanggal 14 juli 2004, meski kenyataannya sudah ada sejak Februari 2004. Arti solitaire = kesepian = menyendiri, sendirian. Kata ini diilhami dari lagu Solitaire (Carpenter). Kesepian disini dalam arti yang luas dan positip. Kesepian yang bermakna kekurangan kita dalam segala hal, yang pada akhirnya membawa kita pada adanya kenyataan dan kesadaran ada sesuatu yang Maha Sempurna mengatur kehidupan ini, sehingga nantinya akan berpengaruh positip dalam berpikir, merasa, mengucapkan dan bertindak dalam kenyaan kehidupan kita sehari-hari. Juga dapat diartikan agar kita tidak merasa sendirian setelah memasuki room YM. We Are The World, kebersamaan kita tanpa batas geografis, gender, religious, usia, suku bangsa, pendidikan, sosial, ekonomi dan budaya.
MALIOBORO,14juli 2004


YUDHISTIRA147

 

Inspired SONG



There was a man
a lonely man
Who lost his love
through his indifference

A heart that cared
that went unshared
Until it died
within his silence

And solitaire's the only game in town
And every road that takes him takes him down
And by himself it's easy to pretend
he'll never love again

And keeping to himself he plays the game
Without her love it always ends the same
While life goes on around him everywhere
He's playing solitaire



A little hope
goes up in smoke
Just how it goes,
goes without saying
There was a man

A lonely man
Who would command
the hand he's playing

Play Music : Solitaire by Carpenter

 

Image & Link

 
 
 

Tuesday, June 27
Salesman Pecas Ndahe
Hidup pas-pasan memang enak. Pas lagi lapar, ada tetangga kirim makanan. Pas ndak punya uang, ada klien kirim honor. Pas sedang kehujanan, ada kawan lewat bawa payung. Pas mobil dekil, ada salesman menawarkan demo cuci mobil. Ah, hidup memang suka mendatangkan kejutan menyenangkan....

Kejutan itu datang ketika saya masih diayun rasa kantuk di Ahad pagi kemarin. Pertandingan Trinidad-Swedia pada dini hari membuat mata ogah dibuka lagi. Anak-anak entah sudah kabur ke mana. Ibunya -- seperti biasa -- ngobrol di rumah tetangga. Sendirian di rumah sambil nonton TV, tiba-tiba ada orang uluk salam di pagar rumah. Setengah malas, setengah penasaran, saya pun keluar. Siapa sih ?.

"Permisi. Saya Marketop, Pak. Saya mau minta ijin mau demo."

Mau demo? Wah, orang ini pasti salah alamat. Ini bukan kantor pemerintah, bukan gedung para wakil rakyat. Pun bukan kantor polisi. "Demo? Demo apa, Mas?"

"Saya mau demo alat cuci mobil. Saya lihat mobil Bapak kotor sekali. Boleh saya cuci, Pak?"

Oalah. Saya kira mau mendemo saya. Memangnya saya ini siapa kok mau didemo. Cuci mobil? Wah, ini yang namanya pucuk dicinta ulam tiba. Sudah seminggu "mobil kenegaraan" saya yang berjuluk "Tangerang-1" itu memang belum dicuci.

Sebagai buruh harian, tentu saja saya sibuk sekali. Cuci mobil ya cuma sesekali. Sekarang tiba-tiba ada orang berbaik hati mau mencucikan mobil saya. Apa bukan berkah ini namanya? Tapi... Ah, ini pasti ada udangnya. No free lunch.

Bayar berapa, Mas?"

"Gratis, Pak."

Gratis? Kok bisa?

"Anu, Pak. Saya sekalian mau presentasi, saya punya alat cuci canggih. Bapak ndak usah repot-repot. Tinggal sret, mobil bersih, Pak."

Nah, betul kan dugaan saya. Mas Marketop mau jualan. Namanya juga salesman. Tapi ndak apa-apa. Saya tahu trik menghadapi orang seperti Mas Marketop. Bulan lalu ada juga wiraniaga dengan maksud yang sama. Waktu itu saya belum punya pengalaman sehingga lumayan kerepotan mencari cara menolak tawarannya. Saya terpaksa akrobat menyusun akal bulus [emang bulus punya akal ya?] buat mengusir wiraniaga yang tak kalah cerdiknya itu.

Setelah memohon maaf beribu kali dan mengatakan terus terang bahwa saya tak membutuhkan alat penyemprot mobil canggih itu, akhirnya mereka pergi dengan muka asam. Mau bagaimana lagi, lah wong saya ndak pernah bercita-cita buka bengkel cuci mobil. Buat apa saya beli alat yang harganya jutaan itu?

Sekarang datang lagi wiraniaga sejenis. Sekalian saja saya kerjain lagi. Tentu saja saya katakan dengan terus terang. "Mas, sampeyan boleh demo apa saja. Tapi perlu sampeyan ketahui, saya ndak bakal beli alat sampeyan. Kalau sampeyan ndak suka, silakan ke tetangga sebelah."


Mas Marketop keukeuh. "Ndak apa-apa, Pak. Urusan beli alat itu urusan nanti. Terserah Bapak saja. Yang penting saya mau demo saja. Hitung-hitung buat laporan ke kantor saya nanti."

Ya sudah kalau begitu. Saya ndak maksa loh ya dan sampeyan sudah tahu. Kalau sampeyan masih mau meneruskan niat, silakan cuci mobil saya.



Begitulah. Dalam tempo kurang semenit setelah menggelar peralatannya, Mas Marketop segera beraksi. Lengan bajunya digulung, alat penyemprot dicolokkan ke listrik. Sebentar kemudian, Srooot ..... Mobil saya pun berselimutkan salju deterjen. Mas Marketop lalu ngoceh bla...bla...bla.




Sambil baca koran Ahad, saya duduk memperhatikan Mas Marketop bekerja dengan sigap. Sesekali ia menjelaskan fungsi-fungsi alat yang dibawanya dan kehebatannya. Saya cuma manggut-manggut, pura-pura paham. Padahal dalam hati saya tertawa ngakak....

Lama-lama saya ndak enak hati juga. Saya segera mengambil segelas minuman dingin sekadar pelepas dahaga. Wah, Mas Marketop girang bukan kepalang. Mungkin baru kali ini dia menemukan calon klien sebaik saya....



Hanya dalam tempo sekitar 15 menit, Mas Marketop menyelesaikan pekerjaannya. Itu pun sudah diselingi acara bertelepon angin dengan temannya. Di akhir acara cuci mobil, Mas Marketop menyodorkan formulir untuk saya isi. Katanya buat laporan ke kantornya.

"Bener nih Pak, nggak tertarik beli?"
"Iya, Mas. Mohon maaf. Lain kali saja kalau ada rejeki dan saya mau buka bengkel cuci. Saya pasti telepon sampeyan."

"Baiklah Pak, saya pamit dulu."

"Monggo, monggo...Terima kasih, ya."

Saya tersenyum sendirian melihat mobil jadi cling. Sering-sering saja ada orang seperti Mas Marketop lewat di depan rumah. Mobil saya pasti bersih terus.

"Wah, tumben rajin banget. Kapan nyucinya sampai mengkilap begini?" ibunya anak-anak tiba-tiba sudah di depan saya. Ia terheran-heran melihat mobil yang seperti baru keluar dari showroom.

"Ah biasa aja, Bu. Aku tadi iseng-iseng saja daripada nganggur, terus ngelap-ngelap sedikit...."


Posted at 3:03:46 pm by pecas ndahe Sujiwo.
posted by imelda @ 10:11 AM  
0 Comments:
Post a Comment
<< Home
 

♪yang maintain Catatan Solitaire♪

emiko



Temans ............

Catatan solitaire ini terinspirasi oleh banyaknya cerpen, puisi, maupun artikel yang ditulis oleh warga solitaire. Tulisan-tulisan Mas Jiwo yang merupakan kontemplasi dari pengalaman hidupnya, sarat dengan makna. Dengan bahasa yang sederhana tapi sangat enak dinikmati, Mas Jiwo banyak mengambil tema teman kehidupan sosial. Mas Jiwo adalah contoh penulis solitaire yang sangat peduli akan nasib orang kecil. Penghargaan Mas Jiwo kepada kawulo alit ini merupakan cerminan sikapnya yang tidak pernah membedakan latar belakang sesama manusia.

Puisi-puisi Bang BSD yang selalu mendendangkan nyanyian cinta dan kerinduan telah memberikan warna tersendiri bagi kita betapa hidup ini penuh dengan cinta, kerinduan, perjuangan, tapi juga kadang ada kenyataan pahit harus kita hadapi. Jatuh dan bangun mungkin sudah menjadi hukum alam yang mesti kita jalani dengan penuh lapang dada.

Neisya sendiri suka menuangkan gagasan dan pengalaman dalam sebuah esei atau artikel. Ketertarikan Neisya terutama pada Cyber World yang ternyata telah menjadi ilmu yang sangat luas sekali. Dunia Maya, kini sudah menjadi bagian hidup dari jutaan orang, dari yang sekedar ingin chatting, belajar lewat web, sampai pada orang orang yang punya pikiran jahat untuk mengambil hak orang lain, yang sering kita sebut hackers. Semuanya memberikan inspirasi bagi saya untuk terus menulis dan berbagi kepada yang lain.

Solitaire adalah Rumah yang Indah bagi banyak orang Indonesia. Anggotanya saat ini sudah hampir 200 orang, yang berdomisili di banyak negara, misalnya Belanda, Kanada, Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Jepang, Hongkong, dan tentunya juga Indonesia. Mas Yudhis (Lurah Solitaire-red) menyebut Solitaire Kebersamaan Tanpa Batas, dan Mas Yudhis benar karena Solitaire adalah tempat berbagi kerinduan akan kampung halaman, tempat berbagi duka dan cinta, tempat yang indah untuk menjalin persaudaraan dan kebersamaan tanpa batas.

Selamat Datang di Catatan-Solitaire, selamat bergabung dengan kebersamaan tiada batas dan terimakasih banyak buat Mas Yudhis, Bang BSD, dan Mas Jiwo yang sudah memberikan supportnya, juga semua anggota yang tidak dapat disebutkan satu-per-satu. With love n gratitude,
**Eisya - Emiko**


 

Last Entries

 

Archieves

 

Messages

 

Template & Credite

Visit Me Klik It

15n41n1